Selamat Datang Komet PanSTARRS

Diposting oleh Jefri Nursetya Nugraha Senin, 27 Juni 2011 0 komentar

Sebuah komet baru saja berhasil diidentifikasi meski masih berada pada jarak yang sangat jauh dari Bumi. Komet tersebut baru akan mencapai perihelionnya, yakni titik terdekat terhadap Matahari, dalam 1,5 tahun mendatang dan berpeluang menjadi salah satu komet tercerlang dalam sepuluh tahun terakhir khususnya setelah kemunculan komet McNaught di 2007 silam.
Adalah teleskop Pan–STARRS 1 di Haleakala, Maui (Hawaii) yang pertama kali mendeteksi komet ini pada 6 Juni 2011 lalu saat menjalankan tugas rutinnya melacak eksistensi asteroid–asteroid dekat Bumi yang berpotensi bahaya. Teleskop bergaris tengah 180 cm yang dilengkapi kamera CCD 1,4 gigapiksel (terbesar di dunia) yang ultrasensitif dan bekerja secara otomatis dengan mengambil gambar setiap 45 detik sekali berhasil merekam komet ini sebagai benda langit asing dalam 4 citra, masing–masing berukuran 3 gigabit. Meski benda langit asing tersebut sangat redup dengan magnitud visual +19,4 namun menampakkan pola yang khas komet. Berdasarkan tatanama IAUC, komet ini kemudian dinamakan sebagai komet C/2011 L4 (PANSTARRS).
 
Citra penemuan komet C/2011 L4 (PANSTARRS). Komet ditandai dengan panah. Kredit foto : Space.com, 2011
Konfirmasi penemuan ini dilakukan oleh tim Remanzacco Observatory melalui teleskop reflektor bergaris tengah 35 cm dilengkapi kamera CCD yang terpasang di pos observasi Tzec Maun, Mayhill (AS) sehari kemudian. Dengan 14 citra tanpa filter yang kemudian melewati proses stacking, komet C/2011 L4 (PANSTARRS) dikenali sebagai obyek baur nan redup dan sudah menunjukkan aktivitas coma (kepala komet) sehingga memiliki bentuk lonjong (elongasi) ke arah timur laut. Rangkaian observasi berikutnya yang dilakukan oleh berbagai observatorium menyimpulkan bahwa komet C/2011 L4 (PANSTARRS) merupakan komet hiperbolik (eksentrisitas > 1) dengan inklinasi orbit 85o dan perihelion 0,3 AU (45 juta km) yang akan dicapainya pada 11+ 8 Maret 2013 mendatang. Perihelion ini demikian pendek sehingga akan memasuki medan pandang satelit pengamat Matahari seperti SOHO maupun STEREO A dan B.

Bukan komet kiamat
Apa yang menarik dari komet C/2011 L4 (PANSTARRS) ini adalah peluangnya menjadi komet cerlang. Ada dua faktor yang mendukungnya. Pertama, komet C/2011 L4 (PANSTARRS) ditemukan tatkala masih berkelana menyusuri orbitnya di antara orbit Jupiter dan Saturnus. Terhadap Matahari, komet ini masih berjarak 7,9 AU pada saat ditemukan. Sedangkan terhadap Bumi, komet ini masih berjarak 6,9 AU. Hal ini mengindikasikan bahwa inti komet C/2011 L4 (PANSTARRS) cukup besar sehingga sudah bisa dideteksi meski masih cukup jauh. Data dari 41 observasi menunjukkan inti komet C/2011 L4 (PANSTARRS) memiliki magnitud absolut 10,5 sehingga dengan asumsi albedonya 10 % maka diameter intinya kemungkinan 30 km. Situasi ini mengingatkan penemuan komet Hale–Bopp pada tahun 1995, yang saat itu juga masih lebih jauh dibanding Jupiter. Dua tahun kemudian komet Hale–Bopp menjadi salah satu komet tercerlang saat mendekati perihelionnya dan diketahui memiliki inti berdiameter 40 km, terbesar di antara komet–komet lainnya yang telah diketahui kecuali komet 95/P Chiron.
Yang kedua, perihelion komet ini cukup pendek sehingga tekanan angin Matahari yang diterimanya akan lebih kuat saat berada di perihelion. Dengan magnitud absolut komet +6 maka pada saat berada di perihelionnya komet C/2011 L4 (PANSTARRS) diestimasikan memiliki magnitud visual +2. Namun karena peningkatan kecerlangan komet dikontrol oleh tekanan angin Matahari, maka komet C/2011 L4 (PANSTARRS) berpotensi lebih cerlang dibanding estimasi tersebut akibat peningkatan aktivitas emisi gas dan debu di kerak intinya. Terlebih komet ini merupakan komet yang baru saja melanglang ke tata surya bagian dalam setelah dihentakkan keluar dari sarangnya semula di awan komet Oort. Sebagai komet baru, komet C/2011 L4 (PANSTARRS) masih banyak mengandung senyawa–senyawa volatil di keraknya. Dua faktor ini yang membuat komet C/2011 L4 (PANSTARRS) berpeluang menjadi komet tercerlang dalam dasawarsa terakhir khususnya pasca kemunculan komet McNaught di tahun 2007 lalu.

Simulasi posisi komet C/2011 L4 (PANSTARRS) di antara planet–planet terestrial pada tata surya bagian dalam pada 10 Maret 2013 dengan titik pandang sejauh 2,3 AU dari Matahari. Kredit foto : Sudibyo, 2011
Yang jelas, dengan semua estimasi di atas, komet C/2011 L4 (PANSTARRS) bukanlah komet kiamat alias tidak mempunyai potensi berbenturan dengan Bumi. Komet ini menempati titik terdekat dengan Bumi pada 5 + 8 Maret 2013. Pada saat itu jarak komet terhadap Bumi masih sebesar 1,09 AU atau sedikit lebih jauh dibanding jarak rata–rata Bumi–Matahari. Karena itu peluangnya untuk menumbuk Bumi adalah nol sehingga kehadirannya tidaklah perlu ditakuti. Justru sebaliknya komet ini bakal menyajikan pemandangan mengesankan di langit kita, terlebih karena lokasi terbaik untuk menyaksikan kedatangan komet ini adalah pada wilayah di sebelah selatan garis khatulistiwa. Maka, meski masih satu setengah tahun lagi mencapai perihelionnya, tak ada salahnya kita ucapkan selamat datang komet C/2011 L4 (PANSTARRS).
Catatan:
Untuk menambahkan data komet C/2011 L4 (PANSTARRS) pada Stellarium, silahkan buka file ssystems.ini di Stellarium dengan notepad dan tambahkan data berikut (copy and paste) pada ssystems.ini, lalu simpan:
[PANSTARRS]
name = PANSTARRS
parent = Sun
radius = 10
oblateness = 0.0
halo = true
color = 1.0,1.0,1.0
tex_halo = star16x16.png
tex_map = nomap.png
coord_func = comet_orbit
orbit_TimeAtPericenter = 2456329.3937
orbit_PericenterDistance = 0.337628
orbit_Eccentricity = 1.0
orbit_ArgOfPericenter = 331.2931
orbit_AscendingNode = 67.5247
orbit_Inclination = 59.95487
lighting = false
albedo = 1
orbit_visualization_period = 365.25
nyalakan stellarium dan posisi komet akan terlihat pada tampilan Stellarium.

Gerhana Bulan

Diposting oleh Jefri Nursetya Nugraha Rabu, 15 Juni 2011 0 komentar

Gerhana Bulan Total 
16 Juni 2011
 Tanggal 16 Juni 2011, masyarakat Indonesia bisa menikmati Gerhana Bulan Total (GBT) yang akan berlangsung mulai tengah malam sampai fajar menyingsing. Gerhana Bulan Total tanggal 16 Juni 2011 merupakan Gerhana Bulan pertama dari 2 Gerhana Bulan Total yang akan terjadi di tahun 2011. GBT kedua akan berlagsung di penghujung tahun yakni pada tanggal 10 Desember 2011.
 
Tahapan Gerhana Bulan Total 15 Juni 2011. Kredit : Fred Espenak / NASA

Gerhana bulan yang pertama di tahun 2011 terjadi saat Bulan berada di titik naik di selatan Ophiuchus sekitar 7ยบ dari Nebula Lagoon (M8). Bulan akan melintasi bayangan umbra Bumi dalam waktu yang cukup panjang yakni 100 menit dan Bulan akan melintas tepat di tengah bayangan Bumi. Gerhana Bulan yang seperti ini terakhir kali terjadi pada tanggal 16 Juli 2000 dan gerhana bulan berikutnya yang akan melintas di tengah bayangan Bumi baru akan terjadi lagi pada tanggal 27 Juli 2018.

 
Gerhana Bulan Seri Saros 130
Gerhana Bulan Total 16 Juni 2011 merupakan bagian dari keluarga gerhana dengan siklus Saros 130, yang memiliki 71 seri gerhana yakni 15 gerhana  penumbral, 42 gerhana  sebagian, dan 14 gerhana total. Susunan gerhana dalam seri saros 130 adalah sebagai berikut :
1.       8 Gerhana Penumbral 
2.    20 Gerhana Sebagian 
3.    14 Gerhana Total
4.    22 Gerhana Sebagian 
5.    7 Gerhana Penumbral
 
Gerhana berikut yang berasal dari siklus Saros yang sama akan terjadi 18 tahun 11 hari 8 jam lagi. Maknanya adalah, kedua gerhana yang terpisah selama 1 periode saros (18 tahun 11 hari 8 jam) akan memiliki geometri gerhana yang sama. Atau dengan gerhana bulan seri saros 130 berikutnya yang akan terjadi 18 tahun 11 hari dan 8 jam lagi akan terjadi saat Bulan berada pada jarak yang hampir sama dari Bumi pada waktu yang sama di tahun saat terjadi gerhana seri saros sebelumnya.
Satu seri Saros memiliki 70 atau lebih gerhana Bulan dan akan berlangsung selama 12-15 abad. Gerhana Bulan dalam seri Saros 130 semuanya terjadi saat Bulan berada pada titik naik dan bergerak ke arah selatan dalam setiap Gerhana.
Seri 30 ini dimulai dengan Gerhana Bulan Penumbral 10 Juni 1416 dan baru akan berakhir pada tanggal 5 Agustus 2696 dengan Gerhana Penumbral. Durasi total seri Saros 125 ini berlangsung selama 1262.11 tahun.

Tahapan Gerhana
Secara keseluruhan, fasa gerhana total dari GBT tanggal 16 Juni 2011 akan berlangsung selama 100 menit. Waktu kontak antara Bulan dengan Bumi akan dimulai dengan Bulan memasuki bayangan Bumi dengan tahapan waktu :

Waktu Indonesia bagian Barat
·         Gerhana Penumbral dimulai : 00:24:34 wib
·         Gerhana Sebagian dimulai : 01:22:56 wib
·         Gerhana Total dimulai : 02:22:30 wib
·         Puncak Gerhana : 03:12:37 wib
·         Gerhana Total berakhir : 04:02:42 wib
·         Gerhana Sebagian berakhir : 05:02:15 wib
·         Gerhana Penumbral berakhir: 06:00:45 wib


Waktu Indonesia bagian tengah
·         Gerhana Penumbral dimulai : 01:24:34 wita
·         Gerhana Sebagian dimulai : 02:22:56 wita
·         Gerhana Total dimulai : 03:22:30 wita
·         Puncak Gerhana : 04:12:37 wita
·         Gerhana Total berakhir : 05:02:42 wita
·         Gerhana Sebagian berakhir : 06:02:15 wita
·         Gerhana Penumbral berakhir: 07:00:45 wita

Waktu Indonesia bagian timur
·         Gerhana Penumbral dimulai : 02:24:34 wit
·         Gerhana Sebagian dimulai : 03:22:56 wit
·         Gerhana Total dimulai : 04:22:30 wit
·         Puncak Gerhana : 05:12:37 wit
·         Gerhana Total berakhir : 06:02:42 wit
·         Gerhana Sebagian berakhir : 07:02:15 wit
·         Gerhana Penumbral berakhir: 08:00:45 wit

Pada saat puncak gerhana, magnitudnya mencapai 1,6998 dan jejak GBT ini akan tampak dari beberapa negara.

Lokasi pengamat yang dapat menyaksikan gerhana Bulan 16 Juni 2011. Kredit : Fred Espenak / NASA
Para pengamat dai bagian timur Afrika, Timur Tengah, Asia Tengah dan bagian barat Australia akan dapat menikmati keseluruhan gerhana. Pengamat di Eropa, justru tidak akan dapat menikmati tahap awal gerhana karena GBT sudah berlangsung sebelum bulan terbit. Dan bagi pengamat di Asia Timur, bagian timur Australia dan Selandia Baru tidak dapat menikmati gerhana sampai selesai karena bulan sudah terbenam.

Fasa total dari GBT akan tampak dari seluruh benua kecuali Skotlandia dan Skadinavia Utara. Pengamat di Brazil, Uruguay dan Argentina juga masih dapat menyaksikan fasa total. Sayangnya pengamat di Amerika Utara tidak akan dapat menikmati GBT 15 Juni 2011.


Bagaimana dengan Indonesia ?
Pengamat di Indonesia bagian barat akan dapat menikmati gerhana dari awal hingga selesai. Sedangkan bagi pengamat di Indonesia bagian tengah dan timur tidak akan dapat menikmati keseluruhan gerhana, karena gerhana masih berlangsung saat bulan terbenam. Namun secara keseluruhan, fase gerhana total akan dapat dinikmati di seluruh Indonesia.
Mari menyaksikan Gerhana Bulan Total 15 Juni 2011 dari lokasi anda masing-masing.

Badai Matahari

Diposting oleh Jefri Nursetya Nugraha 0 komentar

Badai Matahari

   Matahari adalah sumber dari semua energi yang kita kenal di Bumi. Jika kita merunut semua sumber energi yang kita kenal dan kita gunakan sehari-hari, semuanya akan bermuara pada Matahari. Matahari sendiri menghasilkan energi lewat reaksi nuklir yang terjadi di pusatnya. Namun, meski Matahari memegang peran penting sebagai sumber energi yang kita butuhkan, Matahari juga menyimpan potensi yang bisa memberikan ancaman bagi manusia dan ekosistem Bumi. Ancaman yang dimaksud adalah peristiwa yang dikenal dengan nama badai matahari.

Struktur Matahari
Sebelum membicarakan tentang badai matahari, kita akan melihat sekilas tentang Matahari.?Matahari adalah sebuah bintang, yaitu bola plasma panas yang ditopang oleh gaya gravitasi. Di pusat Matahari (nomor 1 dalam Gambar 1), terjadi reaksi nuklir (fusi) yang mengubah 4 atom hidrogen menjadi 1 atom helium. Reaksi fusi tersebut, selain menghasilkan helium, juga menghasilkan energi dalam jumlah melimpah (ingat persamaan terkenal oleh Einstein: E=mc2). Energi yang dihasilkan, di pancarkan keluar melewati bagian-bagian Matahari, yaitu: zona radiatif (nomor 2), zona konventif (nomor 3), dan bagian atmosfer Matahari, yang terdiri dari fotosfer (nomor 4), kromosfer (nomor 5), dan korona (nomor 6). Dan badai Matahari adalah peristiwa yang berkaitan dengan bagian atmosfer Matahari tersebut.
Bagian terluar dari Matahari, yaitu korona, memiliki temperatur yang mencapai jutaan kelvin. Dengan temparatur yang tinggi tersebut, materi yang berada di korona Matahari memiliki energi kinetik yang besar. Tarikan gravitasi Matahari tidak cukup kuat untuk mempertahankan materi korona yang memiliki energi kinetik yang besar itu. Dan secara terus menerus, partikel bermuatan yang berasal dari korona, akan lepas keluar angkasa. Aliran partikel ini dikenal dengan nama angin matahari, yang terutama terdiri dari elektron dan proton dengan energi sekitar 1 keV. Setiap tahunnya, sebanyak 1012 ton materi korona lepas menjadi angin matahari, yang bergerak dengan kecepatan antara 200-700 km/s.
Berbeda dengan pusat Matahari yang relatif sederhana, bagian atmosfer Matahari relatif lebih rumit. Karena di atmosfer Matahari ini, medan magnetik Matahari berperan besar terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya. Ada berbagai fenomena menarik diamati di atmosfer Matahari berkaitan dengan medan magnetik Matahari, seperti bintik matahari (sun spot), ledakan Matahari (solar flare), prominensa, dan pelontaran material korona (CME – Coronal Mass Ejection). Hal-hal inilah yang berkaitan dengan badai matahari.
Jadi apa yang dimaksud dengan badai matahari?
Singkatnya, badai matahari adalah kejadian / event dimana aktivitas Matahari berinteraksi dengan medan magnetik Bumi. Badai matahari ini berkaitan langsung dengan peristiwa solar flare dan CME. Kedua hal itulah yang menyebabkan terjadinya badai matahari.
Solar flare adalah ledakan di Matahari akibat terbukanya salah satu kumparan medan magnet permukaan Matahari. Ledakan ini melepaskan partikel berenergi tinggi dan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang sinar-x dan sinar gamma. Partikel berenergi tinggi yang dilepaskan oleh peristiwa solar flare, jika mengarah ke Bumi, akan mencapai Bumi dalam waktu 1-2 hari. Sedangkan radiasi elektromagnetik energi tingginya, akan mencapai Bumi dalam waktu hanya sekitar 8 menit.
Lalu bagaimana dengan CME?
CME adalah pelepasan material dari korona yang teramati sebagai letupan yang menyembur dari permukaan Matahari. Dalam semburan material korona ini, sekitar 2×1011 – 4×1013 kilogram material dilontarkan dengan energi sebesar 1022 – 6×1024 joule. Material ini dilontarkan dengan kecepatan mulai dari 20 km/s sampai 2000 km/s, dengan rata-rata kecepatan 350 km/s. Untuk mencapai Bumi, dibutuhkan waktu 1-3 hari.
Matahari kita memiliki siklus keaktifan dengan periode sekitar 11 tahun. Siklus keaktifan ini berkaitan dengan pembalikan kutub magnetik di permukaan Matahari. Keaktifan Matahari ini bisa dilihat dari jumlah bintik matahari yang teramati. Saat keaktifan Matahari mencapai maksimum, kita akan mengamati bintik matahari dalam jumlah paling banyak di permukaan Matahari. Dan pada saat keaktifan Matahari mencapai maksimum inilah, angin matahari lebih ‘kencang’ dari biasanya dan partikel-partikel yang dipancarkan juga lebih energetik. Dan peristiwa solar flare dan CME dalam skala besar juga lebih dimungkinkan untuk terjadi. Dengan kata lain, saat keaktifan Matahari mencapai maksimum, Bumi akan lebih banyak dipapar dengan partikel-partikel bermuatan tinggi (lebih tinggi dari biasanya) dan radiasi elektromagnetik energi tinggi.
Partikel-partikel bermuatan yang dipancarkan dari peristiwa solar flare dan CME, saat mencapai Bumi, akan berinteraksi dengan medan magnetik Bumi. Interaksi ini akan menyebabkan gangguan pada medan magnetik Bumi buat sementara.
Saat partikel-partikel bermuatan dengan energi tinggi mencapai Bumi, ia akan diarahkan oleh medan magnetik Bumi, untuk bergerak sesuai dengan garis-garis medan magnetik Bumi, menuju ke arah kutub utara dan kutub selatan magnetik Bumi. Saat partikel-partikel energetik tersebut berbenturan dengan partikel udara dalam atmosfer Bumi, ia akan menyebabkan partikel udara (terutama nitrogen) terionisasi. Bagi kita yang berada di permukaan Bumi, yang kita amati adalah bentuk seperti tirai-tirai cahaya warna-warni di langit, yang dikenal dengan nama aurora. Aurora ini bisa diamati dari posisi lintang tinggi di sekitar kutub magnetik Bumi (utara dan selatan).












Aurora

Saat terjadi badai matahari, partikel-partikel energetik tadi tidak hanya menghasilkan aurora yang indah yang bisa di amati di lintang tinggi. Tapi bisa memberikan dampak yang relatif lebih besar dan lebih berbahaya. Dampak yang dimaksud antara lain: gangguan pada jaringan listrik karena transformator dalam jaringan listrik akan mengalami kelebihan muatan, gangguan telekomunikasi (merusak satelit, menyebabkan black-out frekuensi HF radio, dll), navigasi, dan menyebabkan korosi pada jaringan pipa bawah tanah.
Peristiwa gangguan besar yang disebabkan oleh badai matahari, yang paling terkenal adalah peristiwa tahun 1859, peristiwa yang dikenal dengan nama Carrington Event. Saat itu, jaringan komunikasi telegraf masih relatif baru tapi sudah luas digunakan. Ketika terjadi badai Matahari tahun 1859, jaringan telegraf seluruh Amerika dan Eropa mati total. Aurora yang biasanya hanya bisa diamati di lintang tinggi, saat itu bahkan bisa diamati sampai di equator.
Masih ada beberapa contoh peristiwa lain yang berkaitan dengan badai matahari yang terjadi dalam abad ke-20 dan 21:
  1. 13 maret 1989: Terjadi CME besar 4 hari sebelumnya. Badai geomagnetik menghasilkan arus listrik induksi eksesif hingga ribuan ampere pada sistem interkoneksi kelistrikan Ontario Hydro (Canada). Arus induksi eksesif ini menyebabkan sejumlah trafo terbakar.  Akibat dari terbakarnya trafo tsb, jaringan listrik di seluruh Quebec (Canada) putus selama 9 jam. Guncangan magnetik badai sekitar seperempat Carrington event, (sekitar 400 nT).  Aurora teramati sampai di Texas
  2. Januari 1994 : 2 buah satelit komunikasi Anik milik Canada rusak akibat digempur elektron-elektron energetik dari Matahari. Satu satelit bisa segera pulih dalam waktu beberapa jam, namun satelit lainnya baru bisa dipulihkan 6 bulan kemudian.
    Total kerugian akibat lumpuhnya satelit ini disebut mencapai US $ 50 – 70 juta.
  3. November 2003 : Mengganggu kinerja instrumen WAAS berbasis GPS milik FAA AS selama 30 jam.
  4. Januari 2005: Berpotensi mengakibatkan black-out di frekuensi HF radio pesawat, sehingga penerbangan United Airlines 26 terpaksa dialihkan menghindari rute polar (kutub) yang biasa dilaluinya.
Badai Matahari juga bisa berbahaya bagi makhluk hidup secara biologi. Bahaya ini terutama bagi para astronot yang kebetulan sedang berada di luar angkasa saat badai matahari terjadi. Bagi kita yang berada di permukaan Bumi, kita relatif aman terlindungi oleh medan magnetik Bumi. Pengaruh langsung dari badai matahari ini hanya dialami oleh binatang-binatang yang peka terhadap medan magnetik Bumi. Karena badai matahari mengganggu medan magnetik Bumi, maka binatang-binatang yang peka terhadap medan magnetik akan secara langsung terimbas. Misalnya burung-burung, lumba-lumba, dan paus, yang menggunakan medan magnetik Bumi untuk menentukan arah, untuk sesaat ketika badai matahari terjadi, mereka akan kehilangan arah.
Saat ini, Matahari sedang menuju puncak keaktifan dalam siklusnya yang ke-24. Puncak keaktifan Matahari ini diperkirakan terjadi sekitar tahun 2011-2013. Saat puncak keaktifan Matahari pada siklus ke-24 ini, diperkirakan tidak akan jauh berbeda dengan saat puncak keaktifan pada siklus-siklus sebelumnya. Mungkin efeknya akan sedikit lebih besar, tapi ada juga yang menduga akan terjadi hal yang sebaliknya, justru lebih kecil efeknya. Yang manapun itu kasusnya, bisa dikatakan semua ahli fisika matahari sepakat tidak mungkin terjadi peristiwa besar yang akan membahayakan kehidupan di muka Bumi.
Berdasarkan pengetahuan kita saat ini, badai matahari hanya akan memberikan ancaman bahaya yang rendah. Solar flare dan CME yang terjadi di Matahari, tidak akan cukup untuk menyebabkan peristiwa seperti yang digambarkan dalam beberapa film yang beredar belakangan ini. Beberapa bintang yang diamati memang menunjukkan adanya peristiwa yang dikenal dengan istilah superflare, yaitu flare seperti yang kita amati di Matahari tapi dengan intensitas yang jauh lebih besar. Tapi peristiwa serupa diduga bukan peristiwa yang umum dan diragukan bakal terjadi pada Matahari kita, setidaknya saat ini. Memang peristiwa solar flare dan CME belum bisa diprediksi dengan baik untuk saat ini. Tapi pengetahuan kita yang didapat dari pengamatan Matahari lewat berbagai observatorium landas-bumi dan wahana antariksa yang terus menerus mengamati Matahari, kita semakin mengerti berbagai peristiwa yang terjadi di Matahari. Setidaknya untuk saat ini, kita bisa mengatakan dengan cukup yakin bahwa yang digambarkan dalam film-film fiksi ilmiah tentang badai raksasa matahari, tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Translate

Total Tayangan Halaman